Medan,(klikmedan.id) – Dalam rangka menghargai jasa besar Syekh Arsyad Thalib Lubis, Pimpinan Wilayah Al Jamiyatul Al Wasliyah Sumut mendatangi Dinas Sosial Sumatera Utara, Rabu (19/8/2020) untuk mengusulkan nama Tuan Syekh Arsyad Thalib Lubis yang merupakan tokoh pendidikan diawal kemerdekaan Republik Indonesia agar ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, Rabu (19/8)
“Kami mendatangi Dinas Sosial agar usulan kami menjadikan Tuan Syekh Arsyad thalib Lubis ditetapkan sebagai Pahlawan dapat diteruskan ke presiden Republik Indonesia,” Kata Dedi Iskandar selaku ketua rombongan tim ad hoc.
Rombongan yang berasal dari Alwasliyah dan akademisi ini diterima langsung oleh Kepala Dinas Sosial Sumut H Rajali S Sos didampingi sekretaris dan beberapa Kepala Bidang Dinas Sosial Sumatera Utara.
Dalam sambutannya Kadis Sosial Sumut, Rajali, mengatakan, dirinya mendukung penuh pengusulan nama tuan syekh Arsyad Thalib Lubis untuk ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Diketahui, peran Syekh Arsyad Thalib Lubis dalam memperjuangankan dunia pendidikan di awal kemerdekaan sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Pria yang lahir pada Oktober 1908 atau bertepatan pada Ramadhan 1326 Hijriyah ini lahir di Langkat dan dibesarkan di Kota Medan Sumatera Utara ini telah menempuh berbagai macam ilmu kepada ulama-ulama besar di zamannya. Salah satu guru beliau dalam memperdalam ilmu tafsir, hadits, usul fiqh dan fiqh adalah Syekh Hasan Maksum.
“Beliau dianggap sebagai ulama yang berpengaruh di kalangan kaum muslim dan sangat berpengaruh bagi penjajah, sehingga beliau ditangkap oleh penjajah pada 23 Maret 1949, lalu dipenjarakan sebagai tahanan politik di Penjara Suka Mulia Medan. Hidup dari keluarga petani yang sederhana tidak membuatnya kendor dalam menuntut ilmu,” ucapnya.
Dalam sebuah buku berjudul Penuntun Perang Sabil (1946), adalah karyanya. Tuan Arsyad juga pernah bergabung dalam perjuangan Hizbullah untuk wilayah Sumatera Timur. Pria yang cerdas ini mengawali karyanya pada usia 20 tahun dengan menjadi penulis pada sebuah majalah Fajar Islam di Medan.
Selain berdakwah, ulama dahulu juga berjuang untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Hal itu juga dilakukan pendiri Al Jam’iyatul Washliyah Muhammad Arsyad Thalib Lubis.
Tuan Arsyad adalah putra kelima dari pasangan Lebai Thalib bin H Ibrahim Lubis dan Markoyom Nasution. Ayahnya berasal dari Kampung Pastap, Kotanopan, Tapanuli Selatan, kemudian menetap di Stabat.
Arsyad aktif mengajar pada beberapa Madrasah Al Washliyah di Aceh maupun di Medan dari tahun 1926-1957. Arsyad juga pernah mengajar di Sekolah Persiapan Perguruan Tinggi Islam Indonesia di Medan (1953-1954), menjadi Guru Besar ilmu Fiqh dan Usul Fiqh pada Universitas Islam Sumatera Utara-UISU (1954-1957), dan dosen tetap pada Universitas Al Washliyah (UNIVA) sejak berdirinya universitas itu (1958) hingga akhir hayatnya.
Sejak berdirinya organisasi Al Jam’iyatul Washliyah pada 9 Rajab 1349 H atau 30 November 1930 M, Arsyad menjadi anggota Pengurus Besar Al Washliyah sampai 1956. Meski tidak berada dalam kepengurusan lagi, Arsyad tetap aktif memberikan sumbangan pikiran dan tenaga dalam kegiatan yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. Puluhan ribu orang dari Tanah Batak dan Karo, Sumut, masuk Islam berkat dakwahnya.
Kini, Tercatat sudah ada ribuan sekolah di Indonesia dibawah naungan Al Wasliyah mulai dari Aceh hingga Maluku. Perjuangan Tuan Syekh tersebut hanya dapat dilihat melalui buku-bukunya yang fenomenal. Buku pertama beliau “Tuntunan Perang Salib” terbit pada 1934. Buku ini menjadi pegangan umat Islam dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia. (rel)
Komentar