Revitalisasi Lapangan Merdeka Fondasi Awal Pembentukan Ekosistem Kebudayaan di Medan

klikmedan.id
Medan –  Revitalisasi Lapangan Merdeka bukan saja membangkitkan kesadaran pada nilai-nilai sejarah. Usaha Wali Kota Medan Bobby Nasution merevitalisasi ruang publik bersejarah di kawasan titik nol Medan ini juga menumbuhkan ekosistem kebudayaan.

Kepala Bappeda Medan, Benny Iskandar, beberapa waktu lalu di ruang kerjanya, mengatakan revitalisasi ini akan tetap mempertahankan karakter dan nilai-nilai sejarah. Di samping itu, juga Lapangan Merdeka juga akan memberikan ruang bagi pelestarian maupun pengembangan seni budaya di ibu kota Sumatra Utara ini.

Pemikiran yang melatari revitalisasi menuai dukungan dari budayawan Suyadi San, S.Pd., M.Si. “Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan sebagai area publik, hal ini merupakan fondasi awal untuk pembentukan ekosistem kebudayaan yang representatif,” nilai Suyadi San, kemarin di Medan .
Dia mengungkapkan ekosistem kebudayaan tidaklah dapat tumbuh dengan sendirinya, melainkan dengan adanya rangsangan untuk dapat tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Revitalisasi ini merupakan merupakan dorongan kuat tumbuh dan tertatanya ekosistem kebudayaan.

“Dengan adanya Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan, maka urgensinya ruang-ruang publik sebagai sarana mengekspresikan dan mengapresiasi budaya merupakan suatu hal yang tak dapat ditawar,” sebut Suyadi San yang juga kerap melakukan penelitian tentang kebudayaan di Sumut.

Suyadi San menilai revitalisasi ini juga mendukung Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Ruang-ruang terbuka yang dihadirkan Lapangan Merdeka ini, lanjutnya, dapat memastikan penguatan tersebut akan tercapai dengan baik.
“Terlebih lagi dengan upaya pemerintah untuk Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), “ruang-ruang terbuka” ini dapat memastikan cita-cita tersebut dapat terwujud,” ucap Suyadi San.

Suyadi San menyebutkan, Lapangan Merdeka Medan juga merupakan ikon sejarah bagi Kota Medan. Di sini tempat pertama dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan, sebulan setelah 17 Agustus 1945. Dengan demikian, nilai historisnya sangat tinggi.
“Karena merupakan ikon Kota Medan, Lapangan Merdeka Medan sekaligus bentuk eksotisme peradaban Kota Medan sendiri. Maka, wajah peradaban Kota Medan bisa dilihat dari cermin Lapangan Merdeka ini,” sebut Suyadi yang dikenal sebagai penyair Indonesia asal Medan ini.

Ke depan, saran Suyadi San, Pemerintah Kota Medan harus menggandeng pihak-terkait (Pusat maupun Sumatra Utara) dengan para pemangku kepentingan di bidang kebudayaan, yang mengembangkan dan bersinergi agar terbentuknya tata kelola yang baik dan akan memudahkan kebudayaan untuk bergerak sekaligus membangun kesadaran masyarakat.
“Revitalisasi dapat memastikan platform ekosistem kebudayaan dapat terwujud. Revitalisasi ini juga bisa dimeriahkan melalui panggung-panggung maupun pentas kesenian dan kebudayaan yang sifatnya berkala, serta bentuk lain yang dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat, tanpa terkendala waktu dan tempat,” sebutnya.

Ruang publik di Lapangan Merdeka Medan terbuka luas bagi seluruh lapisan masyarakat untuk mengekspresikan seni dan budaya. Bisa beragam komunitas hingga kaum pelajar menyelenggarakan area tersebut. Melalui revitalisasi, Lapangan Merdeka Medan dapat menjadi tempat untuk tumbuh kembangnya seni dan budaya di masyarakat. “Di sinilah negara hadir langsung ke tengah-tengah masyarakat, khususnya dalam ruang lingkup kebudayaan,” tandas Suyadi San.(Sr)

Komentar