Medan || Pemko Medan menyambut baik dan mendukung penuh digelarnya Leadership General Lecturer Series (Series Kepemimpinan Dosen Umum) dalam rangka Dies Natalis ke-70 Universitas Sumatera Utara (USU) yang mengusung tema “Keberagaman dan Kebangkitan Ekonomi Indonesia Sebagai Presidensi G20”. Diharapkan, kegiatan ini dapat menjadi momentum strategis yang menunjukkan kepemimpinan Indonesia serta dapat menjadi bagian penting dari transformasi global.
Dukungan ini disampaikan langsung Wali Kota Medan Bobby Nasution usai menghadiri Leadership General Lecturer Series di Auditorium Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (9/9). Sebelumnya, Bobby Nasution dalam acara tersebut mendengarkan pemaparan yang disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengenai keberagaman dan kebangkitan ekonomi Indonesia sebagai Presidensi G20.
Seperti yang diketahui, jelas Bobby, Kota Medan merupakan miniaturnya Indonesia. Keberagaman suku dan agama di Kota Medan sendiri sangat masif sekali. Oleh karenanya, bilang Bobby, Kota Medan memerlukan masukan dari materi yang disampaikan oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf tersebut.
“Kami (Pemko Medan) mengucapkan terima kasih kepada KH Yahya Cholil Staquf yang sudah memberikan materi kepada mahasiswa yang ada di Kota Medan dan Rektor USU Dr Muryanto Amin SSos MSi sebagai penyelenggaranya. Tentunya ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Kota Medan. Apalagi, kegiatan ini digelar bertaraf nasional,” kata Bobby.
Sebelumnya, Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Muryanto Amin SSos MSi menyampaikan, Leadership General Lecturer Series digelar bertujuan untuk memberikan pemahaman keberagaman itu penting untuk bisa memperkuat Indonesia. Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, kata Muryanto, merupakan kota yang multikultural sehingga bisa menerima perbedaan dari orang lain.
“Kita ini hidup dengan kebiasaan yang berbeda-beda sehingga terkadang saat bertemu dengan orang yang memiliki kebiasaan yang berbeda, membuat kita memaksakan kehendak kita dengan orang lain. Itu tidak baik, sebab menjadi Indonesia itu juga harus dapat menerima perbedaan dari orang lain” ungkap Muryanto.-(Sr)
Komentar