MEDAN – Rizki Amalia, warga Kecamatan Medan Marelan, sejak pukul 09.00 WIB telah tiba aula kantor camat. Bersama buah hatinya, Kiara Anjani (19 bulan) dia menunggu panggilan petugas kesehatan yang akan memeriksa buah hati dalam acara Verifikasi dan Validasi Data Audit Kasus Stunting Kota Medan, Jumat (14/6) di aula kantor camat itu.
Ibu muda itu tampak antusias mengikuti kegiatan ini. Dia ingin mengetahui perkembangan kesehatan anaknya. Rizki mengungkapkan, sejak lahir Kiara memiliki berat dan tinggi badan memprihatinkan.
”Waktu umur empat bulan, berat tubuhnya 2,7 kilo,” ungkapnya
Rizki bersyukur, pihak puskesmas di Kecamatan Medan Marelan terus memantau perkembangan Kiara. Tiap bulan, akunya, Kiara diberi makanan tambahan, asupan gizi, dan susu.
“Sejak umur tahun 1 tahun kondisinya perlahan membaik, dan kini usianya sudah 1 tahun 7 bulan dengan berat 7 kilo. Tapi itu masih buruk, masih di garis merah stunting. Karena itu saya harus ikut kegiatan-kegiatan seperti ini,” ungkap Rizki sambil mengelus kepala anak keduanya itu.
Rizki salah satu dari puluhan ibu yang mengikuti kegiatan Verifikasi dan Validasi Data Audit Kasus Stunting Kota Medan yang dilaksanakan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (P3APMP2KB) Medan hari itu. Sebagai ibu bayi dua tahun (baduta) dia termasuk kelompok sasaran audit dan pendampingan stunting. Selain itu, calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas dan balita juga termasuk kelompok sasaran.
Kegiatan Verifikasi dan Validasi Data Audit Kasus Stunting Kota Medan ini dibuka oleh Kepala Dinas P3APMP2KB, Edliaty. Hadir dalam kegiatan yang diikuti kelompok sasaran ini antara lain Camat Medan Marelan Ananda Sulung Parlaungan, tim pakar yang berasal dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia, Himpunan Psikologi Indonesia dan Kabid Ketahanan, Kesejahteraan Keluarga Dinas P3APMP2KB, Fairus Fadila.
Saat membuka kegiatan itu, Edliaty mengatakan tim audit melakukan verifikasi dan validasi data audit kasus stunting sebagai bagian dari manajemen pendampingan berbasis sasaran.
“Tujuan dari verval ini untuk menganalisis faktor risiko terjadinya stunting, memberikan rekomendasi penanganan kasus, perbaikan tata laksana kasus, serta upaya pencegahan yang harus dilakukan,” ungkapnya.
Data yang diperoleh, kelompok sasaran yang mengikuti kegiatan pada hari itu terdiri atas calon pengantin berisiko sebanyak 5 orang, ibu hamil berisiko 5 orang, ibu pasca salin yang berisiko 5 orang dan baduta yang berisiko 10 orang.
Di antara mereka yang menjadi kelompok sasaran ini hadir pula Nuraini. Warga Kelurahan Labuhan Deli ini membawa anak ketiganya, Muhammad Al Fatih, yang berusia enam bulan. Dia juga merasa harus mengikuti kegiatan ini untuk mencegah buah hatinya tercegah stunting. Ibu muda ini pun mengaku rutin memeriksakan anaknya ke Posyandu. Terakhir periksa, berat anaknya sudah 71 ons dengan tinggi 63 cm.
“Saya berharap dengan terus menjaga kesehatan dan memberikan asupan gizi yang baik, anak saya bisa bebas dari stunting,” ungkapnya.
Kesadaran mencegah stunting, termasuk sejak masa kehamilan tumbuh pada diri Ismailiyah, warga Kelurahan Labuhan Deli. Warga Young Panah Hijau ini mengaku tengah mengandung 8 bulan. Ini merupakan kehamilan kedua.
Dia mengatakan, dalam kegiatan ini dia mendapat penyuluhan tentang pencegahan stunting sejak anak masih dalam kandungan.
“Tadi tinggi dan berat badan saya juga diperiksa, tensi darah. Dokter bilang sama saya banyak-banyak makan sayur, minum tablet tambah darah,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan tidak ingin bayinya lahir dalam keadaan yang tidak sehat dan terkena stunting. Karena itu, sejak masa kehamilan dia rutin periksa ke puskesmas.
“Terima kasihlah pada puskesmas yang memperhatikan kami ibu-ibu yang lagi mengandung ini,” ucapnya. (Ucok).
Komentar